Halaman

Senin, 31 Maret 2014

Kejujuran Dibutuhkan Tapi Diabaikan


B
anyak manusia, terutama pecinta lingkungan hidup merasa sedih melihat punahnya hutan termasuk hutan lindung, mulai langkanya berbagai jenis binatang dan tanaman yang menopang kelestarian lingkungan. Untuk itu telah dilakukan berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan ini, baik oleh pemerintah, LSM, perorangan dan yang lainnya dengan tenaga dan dana yang tidak sedikit.

Ini memang sesuatu yang baik dan perlu diteruskan. Tetapi di lain pihak sadarkah kita bahwa ada sesuatu yang sangat kita butuhkan dalam hidup ini yang juga sudah mulai langka kalau belum bisa dikatakan punah yaitu jujur dan kejujuran. Kita kadang-kadang bertanya di mana kita bisa menemukan kejujuran, sungguh sangat sulit. Padahal, sebenarnya setiap orang pasti membutuhkan jujur dan kejujuran. Termasuk orang-orang yang suka menipu pun tidak ada yang suka ditipu atau dibohongi. Jika seorang pimpinan suatu grup/kelompok yang selalu menipu manusia, lalu pada suatu saat ditipu oleh anak buahnya pastilah dia akan marah besar dan menghukum anak buahnya. Tidaklah pimpinan penipu ini akan berkata,”Saya kan penipu sehingga pantas ditipu”.

Sungguh kejujuran adalah sesuatu yang terpuji. Kita sulit untuk membayangkan bagaimana keburukan dan malapetakan akan muncul jika kejujuran telah betul-betul punah dalam masyarakat. Jika seorang pemimpin tidak jujur kepada bawahannya, seorang suami tidak jujur kepada istri atau sebaliknya, jika seorang anak selalu tidak jujur kepada orang tuanya dan yang lainnya sungguh kerusakan yang besar pastilah akan terjadi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara pun akan sangat terganggu dan jauh dari kenyamanan. Tetapi saat ini, karena berbagai kepentingan dan pesan sponsor maka kejujuran diabaikan. Orang yang berbuat jujur sering dikalahkan, dianggap sok suci bahkan dikucilkan dan dihinakan. Ini adalah salah satu indikasi tentang kemerosotan iman yang mulai parah.