Halaman

Selasa, 02 April 2013

TUGAS IBD

CONTOH PUISI

Pagi yang belum terlihat matahari,
Kukenakan seragam putih abu-abu, tak lupa kukenakan sepatu
Menuju tempatmu yang selalu membawaku tuk datang
Tuk menuntut ilmu

Berjuang demi masa depan
Belajar menjadi yang terdepan
Menuntut ilmu dengan semangat
Tanpa merasa lelah walaupun sulit

SMA N 59 Jakarta
Gedungmu megah gagah dan perkasa
Memberiku semangat dari hati
Agar aku bisa mengejar cita
Masa depan cemerlang yang menanti

Karya : Zulfallah N.A


CONTOH RESENSI CERPEN


Sudah sepekan Ratmi mengamati seorang penjual sapu yang berada di perempatan depan rumahnya. Karena penasaran, dia bertanya kepada ibunya. Menurut ibunya, dia dipanggil Pak Sapu dan tinggal dibantaran kali Samin. Namun karena Ratmi masih penasaran, dia beralasan untuk dapat membeli sapu pada Pak Sapu tersebut. Selama Ratmi membeli sapu, dia bertaya berbagai hal mengenai Pak Sapu itu. Ternyata dia bernama Pak Suyudi yang sudah berumur 87 tahun. Mendengar hal itu, Ratmi merasa kalau anak dari Pak Suyudi itu tidak punya belas kasihan pada orang tua. Namun setelah dia bertanya kembali, dia kemudian mengetahui kalau isitri dari Pak Suyudi adalah seorang penyapu, sedangkan kedua anaknya menjadi penjual sapu dan pembuat sapu. Dua hari setelah kejadian itu, Ratmi tidak lagi melihat Pak Suyudi. Dia kemudian bertanya pada ibunya, kemudian dia mengetahui kalau rumah Pak Suyudi yang ada di bantaran kali Samin tersapu oleh arus sungai yang sedang banjir. Pak Suyudi sekeluarga pun belum diketemukan keberadaannya sampai sekarang. Mendengar hal itu, hati Ratmi pun menjadi sedih.

REFERENSI:




Meresensi Prosa Baru...


CONTOH RESENSI CERPEN

Sudah sepekan Ratmi mengamati seorang penjual sapu yang berada di perempatan depan rumahnya. Karena penasaran, dia bertanya kepada ibunya. Menurut ibunya, dia dipanggil Pak Sapu dan tinggal dibantaran kali Samin. Namun karena Ratmi masih penasaran, dia beralasan untuk dapat membeli sapu pada Pak Sapu tersebut. Selama Ratmi membeli sapu, dia bertaya berbagai hal mengenai Pak Sapu itu. Ternyata dia bernama Pak Suyudi yang sudah berumur 87 tahun. Mendengar hal itu, Ratmi merasa kalau anak dari Pak Suyudi itu tidak punya belas kasihan pada orang tua. Namun setelah dia bertanya kembali, dia kemudian mengetahui kalau isitri dari Pak Suyudi adalah seorang penyapu, sedangkan kedua anaknya menjadi penjual sapu dan pembuat sapu. Dua hari setelah kejadian itu, Ratmi tidak lagi melihat Pak Suyudi. Dia kemudian bertanya pada ibunya, kemudian dia mengetahui kalau rumah Pak Suyudi yang ada di bantaran kali Samin tersapu oleh arus sungai yang sedang banjir. Pak Suyudi sekeluarga pun belum diketemukan keberadaannya sampai sekarang. Mendengar hal itu, hati Ratmi pun menjadi sedih.

REFERENSI:

Meresensi Prosa Lama...


CONTOH RESENSI DONGENG

Di Indonesia,dongeng yang sudah melegenda antara lain Malin Kundang,Sangkuriang,Terjadinya Danau Toba dll, bahkan kisah Sundel bolong,Kuntilanak,Gondoruwo dan Tuyul mungkin bisa masuk kategori dongeng.
Ada mitos, angka tiga belas adalah angka sial. Akan sialkah kita saat membaca buku yang ‘mendongeng’ tentang dongeng yang berjudul Dongeng Ketiga Belas (The Thirteenh Tale) karya Diane Setterfield ini?. Saya tertarik membaca buku ini, awalnya, karena covernya yang lain daripada yang lain.
Buku yang mengisahkan tentang cerita hidup seorang penulis dongeng bernama Vida Winter ini ditulis Diane sangat terasa penuh perasaan mendalam. Emosi yang dibangun dalam tiap-tiap Bab-nya begitu kuat serta menyentuh. Apalagi saat menceritakan kehidupan si Kembar Emmeline dan Adeline ketika mulai beranjak besar serta berperilaku aneh di rumah besar Angelfield yang konon berhantu.
Buku ini sebenarnya menceritakan proses pembuatan buku biografi Vida Winter. Dimulai oleh Margaret Lea, seorang penulis biografi muda yang mendapat surat panjang dari Vida Winter, seorang penulis buku dongeng yang dikisahkan  begitu sukses dan terkenal.
Vida Winter tergerak untuk menulis kisah hidupnya mana kala ada seorang pemuda dari Banburry Herald (surat kabar lokal) yang berkata “Ceritakan padaku yang sesungguhnya”. Sebagai pendongeng ulung, Vida rupanya ingin membuat biografi dan berharap bisa menceritakannya kepada orang yang bisa dia percaya. Dia menjatuhkan pilihan pada Margaret Lea.
Margaret sempat terpaku beberapa waktu di depan rumahnya saat membaca surat tersebut. Margaret adalah gadis sederhana pencinta buku yang setia merawat dan menjaga toko buku milik keluarganya serta  penulis biografi. Dalam koleksi buku berharga milik ayahnya, salah satu buku karya Vida Winter termasuk di dalamnya. Buku Tiga Belas Dongeng adalah karya Vida Winter yang ditarik dari pasar karena judulnya salah. Kemudian diterbitkan lagi dengan judul Dongeng-Dongeng Perubahan dan Keputusasaan. Akan tetapi orang sudah telanjur menyebutnya Buku Tiga Belas Dongeng.
Demi mengenal lebih dekat karya Vida Winter, Margaret membaca karya-karyanya, tentu saja juga Buku Tiga Belas Dongeng. Dalam buku tersebut, ternyata dongeng ketiga belas itu hanya lembaran kosong. Misteri apa sebenarnya yang terdapat dalam dongeng ketiga belas?
Margaret akhirnya memutuskan memenuhi undangan Vida Winter untuk datang ke rumahnya dan menulis biografinya, di Yorkshire. Sebuah tempat yang dilalui bermil-mil dari tempat tinggalnya dengan kereta.
Margaret dijemput oleh utusan Vida Winter yang mengantarnya hingga depan rumahnya. Sebuah rumah besar dan terpencil, sebuah tempat meditasi yang sempurna kalo tidak boleh dibilang hening,sunyi,sepi seakan tanpa penghuni.
Keesokan harinya, barulah Margaret bertemu dengan Vida Winter, seorang wanita bak ratu kuno, penyihir atau dewi, dengan pembawaan yang kaku dan terasa formal. Dan dimulailah kisah-kisah tentang kehidupan Vida Winter, mulai dari kisah orangtuanya, Isabelle yang aneh, Kakeknya, pamannya, Charlie, yang juga aneh. Ternyata pula Vida Winter yang memiliki nama asli Adeline March punya saudara kembar, Emmeline.
Awalnya Adeline adalah gadis yang tumbuh dengan mental yang sama anehnya dengan Emmeline di bawah asuhan Missus, pembantunya yang setia. Kehidupan mulai teratur saat Hester, seorang guru privat yang mengatur rumah tanggatersebut hadir. Sebelumnya, si kembar merupakan ‘trouble maker’ bagi tetangga di sekitarnya.
Berbagai keonaran dilakoni oleh si sembar. Mulai dari mengambil makanan milik mereka, mengambil kereta bayi, dll. Tapi semua tetangganya tidak ada yang berani mendekati rumah besar Angelfield karena ada gosip yang beredar bahwa rumah itu berhantu.
Kelainan mental hampir dialami oleh semua anggota keluarga tersebut. Dari Kakek Vida Winter George Angelfield yang depresi karena ditinggal mati istrinya setelahmelahirkan anak kedua, Isabelle. George akhirnya wafat di ruang perpustakaan rumahnya setelah Isabelle menikah dan meninggalkan rumah. Isabelle dan kakaknya, Charlie, yang tidak kalah aneh perilakunya. Lalu setelah Isabelle menikah danmelahirkan anak kembar Adeline dan Emmeline, mereka juga tumbuh dengan mental yang aneh. Lantas bagaimana bisa seorang Adeline March yang aneh, bisa berubah menjadi seorang penulis dongeng yang begitu terkenal dan melegenda?
Margaret, untuk bisa mempercayai semua yang dikisahkan oleh Vida Winter akhirnya melakukan penyelidikan di bekas rumah besar Angelfield yang telah terbakar serta menelusuri semua literatur dan jejak yang berkaitan dengan keluarga Angelfield.
Kisah penuh liku tentang kehidupan Vida Winter yang ditulis Diane ini juga mengangkat sisi tentang betapa berharganya sebuah buku serta pengetahuan cara memperlakukan buku yang selama ini belum pernah saya ketahui.
Secara kisah, buku Dongeng Ketiga Belas ini memiliki plot maju-mundur. Kekiniannya diwakili oleh tokoh Margaret dan Vida Winter, sedangkan kisah masa lalunya diwakili kisah-kisah dari masa lalu Vida Winter sewaktu masih bernama Adeline March.
Tidak banyak buku yang berkisah tentang penulis dongeng, dan bukunya sendiri pun bak sebuah dongeng. Bagi yang ingin tahu tentang kisah biografi pendongeng yang kisahnya bagai dongeng, buku ini bisa jadi pilihan, terutama yang memang gemar buku-buku dongeng. Namun berbeda dari dongeng klasik seperti Cinderella,Putri Salju dll, dongeng ini  diseting untuk konsumsi mereka yang sudah dewasa….
Cheerz
-Eviwidi-
REFERENSI: